Selasa, 16 Februari 2010

"We Are The World" Kembali Berkumandang



Gempa yang mengguncang Haiti pada 12 Januari lalu memang benar-benar mengguncang dunia dan mengundang simpati dari seluruh penjuru planet. Hingga sekarang pun bantuan dan dukungan masih terus mengalir ke sana. Musisi-musisi kenamaan dunia pun tidak tinggal diam dan meluncurkan megaproyek keroyokan untuk menggarap satu lagu lama yang gaung kemanusiaannya masih terasa sampai sekarang: "We Are The World."

Kebetulan sekali tahun ini adalah tepat ulang tahun ke 25 dari lagu tersebut, dan Quincy Jones dan Lionel Richie memang sudah berencana untuk merekam ulang lagu legendaris ini. Musibah yang terjadi di Haiti membuat skala proyek ini membesar, yang tadinya hanya sekedar peringatan ulang tahun kini seakan kembali ke roh awalnya, yaitu lagu untuk memanggil dunia untuk peduli kepada saudaranya yang tertimpa bencana.

Lebih dari 75 musisi kenamaan dunia ikut terlibat tanpa pamrih dalam proyek kemanusiaan ini. Nama-nama besar yang terlibat di dalamnya beragam mulai dari "angkatan lama" seperti Bono, Toni Braxton, Celine Dion, Barbara Streisand, hingga angkatan muda seperti Will.i.am, Kanye West, P!nk, Jason Mraz, Katherine McPhee, bahkan generasi ABG seperti Miley Cyrus, Jonas Brothers dan Justin Bieber.

Versi baru lagu ini telah diperdengarkan kepada publik hari Jumat (12/2) kemarin, dan telah dijual lewat jalur digital di Amerika Serikat. Berikut ini videoklipnya yang menampilkan artis-artis yang tadi disebutkan



Lagu "We Are The World" pertama kali diluncurkan pada tahun 1985 sebagai proyek penggalangan dana dari artis Amerika Serikat untuk wabah kelaparan di Afrika, khususnya Ethiopia saat itu. Lagu ini ditulis oleh Michael Jackson dan Lionel Richie, dan dibawakan oleh supergrup USA For Africa yang beranggotakan musisi-musisi tenar mulai dari keluarga besar Jackson, Bob Dylan, Bruce Springsteen, Billie Joel, dan lain-lain. Karena tema dan pesan yang diusungnya, single ini berhasil mencetak penjualan lebih dari dua puluh juta kopi hingga saat ini.




Jumat, 05 Februari 2010

GIGI Tuntut Film Yang Memakai Lagunya Tanpa Ijin

Siapa sih yang ngga kesel kalau hasil kerjaannya dicomot gitu aja tanpa ijin? Itulah yang terjadi pada GIGI, yang kaget bukan kepalang karena lagu mereka "Ya Ya Ya" dipakai di adegan pembuka film "Toilet 105" buatan Multivision Pictures. Terang aja GIGI ngga tinggal diam. Mereka dengan bijak menunjuk Mada R Mardanus sebagai kuasa hukum mereka untuk menempuh jalur yang legal untuk menyelesaikan perkara tersebut.

Menurut Mardanus, secara undang-undang GIGI berhak menuntut sebesar Rp 5.5 miliar rupiah. Namun untuk awalnya pihak manajemen GIGI akan bertemu secara kekeluargaan dulu dengan pihak rumah produksi yang memakai lagu tersebut. GIGI menginginkan agar film tersebut ditarik dari peredaran untuk sementara waktu, sebagai tanda itikad baik dari pihak rumah produksi bila memang menghargai karya cipta. Namun tampaknya berita terakhir mengabarkan pihak Multivision tidak memberi tanggapan positif akan keinginan tersebut.

Ini merupakan tamparan keras bagi penegakan hak cipta dan karya intelektual di Indonesia. Sebuah film yang beredar luas di bioskop dan diproduksi oleh perusahaan yang sudah ternama, kok bisa-bisanya memakai lagu tanpa ijin? Gimana kita mau ngomong memberantas bajakan sementara sesama insan seniman aja ngga ada rasa apresiasinya? Gue yakin GIGI bukan band yang kekurangan duit dan harus menodong-nodong angka miliaran dari produser film, tapi mereka pasti sangat concern dengan ketidakpedulian terhadap apresiasi seni. Gue harap nantinya hukum bisa berada di sisi yang benar, bukan di sisi mereka yang punya duit. Negara ini kalau udah ngga menghargai seni, mau dibawa ke mana lagi?



Iwan Fals Rilis Album Di Websitenya

Musisi legendaris nan kharismatik Iwan Fals baru saja merilis album barunya berjudul Keseimbangan. Tapi jangan buru-buru melesat ke toko kaset dan CD terdekat, percuma aja. Mending elo buka www.iwanfals.co.id karena di situ lah elo bisa memesan album ini. Ya, album yang dirilis sendiri oleh Iwan Fals tanpa naungan label musik ini memang cuma bisa dibeli lewat situs resmi tersebut.

Iwan Fals atau yang lahir dengan nama Virgiawan Listanto telah merilis 36 album, termasuk dengan grup Swami, Dalbo dan Kantata Takwa. Di beberapa album terakhir banyak yang bilang Iwan menjadi lembek karena harus berkompromi dengan label. Nah apakah dengan dirilis sendirinya album ini berarti Iwan telah kembali menjadi sosok kritikus sosial yang ganas seperti di kala mudanya? Buktiin aja sendiri, elo bisa pesan lewat e-mail: order@iwanfals.co.id, SMS ke 0813 980 55 110, Hotline 021 845 5329 atau 0813 980 55 110, fax ke 021 845 5330 atau datang langsung ke rumah-kantor Iwan yaitu Tiga Rambu di Desa Leuwinanggung No. 19 Cimanggis - Depok. Harganya Rp 50.000 untuk CD dan Rp 25.000 untuk kaset.

Merilis album lewat internet merupakan salah satu bukti dedikasi Iwan Fals untuk musik Indonesia, yang kini kian didominasi oleh band-band setipe yang membawakan lagu mendayu-dayu bernafas melayu demi menjual tigapuluh detik reffrain untuk dijadikan ring back tone. Target Iwan kini tentu saja bukan lagi menjual jutaan kopi, melainkan menyampaikan pesan dan musiknya langsung kepada para penggemar setianya yang tiap bulan berkumpul di rumahnya yang merangkap panggung pentasnya juga. Seharusnya ada satu lagi nih biar komplit pergerakannya, yaitu jualan bentuk digitalnya.